“Satu peluncuran kecil untuk SpaceX, satu lompatan besar bagi masa depan komunikasi.”
Ketika roket Falcon 9 meluncur ke luar angkasa dan membawa satelit serta misi eksplorasi manusia ke orbit, SpaceX tidak hanya memecahkan batasan teknologi penerbangan antariksa. Di saat bersamaan, perusahaan milik Elon Musk ini sedang membentuk ulang masa depan komunikasi global, termasuk cara media menyampaikan informasi secara real-time dari luar angkasa.

Sumber dari X @SPACEX
SpaceX telah merevolusi siaran langsung (live streaming) peluncuran roket. Dulu, tayangan semacam ini hanya bisa disaksikan lewat TV nasional atau media pemerintah, seperti NASA TV. Kini, siapa pun bisa menonton peluncuran roket secara gratis di YouTube dengan kualitas tinggi dan sudut pandang sinematik. Ini menunjukkan bahwa dunia komunikasi tak lagi terbatas pada bumi-melainkan sudah melebar ke atmosfer, bahkan lintas planet.
Lebih dari itu, misi-misi seperti Starlink yang mengorbitkan ribuan satelit ke luar angkasa punya potensi besar untuk memperluas jangkauan siaran langsung dan akses informasi. Bayangkan jika suatu saat nanti media bisa meliput langsung dari Mars atau melakukan live interview dengan astronot melalui koneksi satelit SpaceX. Bukan tidak mungkin, jurnalis masa depan bisa menjadi “reporter antariksa.”
Bagi dunia broadcasting dan media digital, ini adalah peluang dan tantangan besar. Inovasi komunikasi yang dibawa oleh SpaceX bisa memicu munculnya media luar angkasa, platform baru yang melaporkan kondisi interplanetary, eksplorasi luar angkasa, bahkan hiburan bertema kosmik yang diproduksi dari stasiun luar angkasa.

Sumber dari X @SPACEX
Di sisi lain, perkembangan ini juga mengajak kita sebagai mahasiswa komunikasi untuk berpikir lebih luas. Apakah kita siap menjadi bagian dari masa depan ini? Bagaimana etika media berlaku ketika batas komunikasi sudah tidak lagi dibatasi oleh gravitasi bumi?
Satu hal yang pasti, SpaceX bukan hanya bicara tentang roket. Mereka sedang membuka jalan bagi era baru komunikasi global dan kita sebagai calon praktisi media harus siap menyesuaikan arah kompas kita, bukan lagi ke utara, tapi ke bintang-bintang di luar angkasa.
Artikel ditulis oleh Dygo Aheesa Prima Nusantara