“The Conjuring: Last Rites” sudah tayang lebih dari seminggu di Indonesia dan jadi film penutup kisah Ed dan Lorraine Warren di layar lebar. Film ini mengambil latar tahun 1986 dengan cerita tentang keluarga Smurl yang dihantui teror gaib. Dari awal, atmosfernya udah bikin merinding. Penggunaan rumah jadul untuk latar tempat, cahaya redup untuk ambience, dan suara-suara misterius yang bikin penonton deg-degan. James Wan dan timnya jelas masih tahu resep horor klasik yang efektif, walau kali ini mereka kasih bumbu lebih banyak drama dibanding sekadar jumpscare.

Poin yang bikin film ini beda adalah nuansa emosionalnya. Kita nggak cuma lihat Ed dan Lorraine sebagai pemburu iblis, tapi juga pasangan yang sudah lelah, rapuh, dan siap menutup perjalanan panjang mereka. Ada banyak momen yang bikin penonton bukan hanya kaget karena adegan seram, tapi juga ikut terharu karena kisah personal mereka. Jadi, walaupun ada beberapa jumpscare yang lumayan bikin deg-degan, rasa haru yang ditinggalkan justru lebih menempel setelah film berakhir.

Meski begitu, film ini bukannya tanpa kekurangan. Beberapa adegan horor dinilai terasa klise, mirip dengan formula film “Conjuring” yang sudah pernah tayang sebelumnya, sehingga buat penonton lama mungkin agak mudah ditebak. Alur ceritanya juga sempat melambat di beberapa bagian, bikin tensi horor yang sudah naik jadi kembali menurun. Tapi kelemahan itu masih bisa ditoleransi karena diimbangi dengan klimaks yang cukup memuaskan dan jadi penutup manis buat kisah panjang dari horor terkenal ini.

Secara keseluruhan, “The Conjuring: Last Rites” bukan film “Conjuring” paling menakutkan, tapi jelas jadi salah satu yang paling menyentuh. Kalau kamu penggemar lama, film ini bakal terasa spesial karena menghadirkan perpisahan yang layak untuk Ed dan Lorraine Warren. Jadi siapin mental, ajak teman atau pasangan, dan jangan kaget kalau setelah nonton, kamu masih kebayang suara-suara aneh pas lagi sendirian di rumah.

 

Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani