Gunung Rinjani, ikon alam Nusa Tenggara Barat, kini dilengkapi dengan sebuah fasilitas baru yang memprioritaskan keselamatan para pendaki, yakni shelter emergency AREI yang telah resmi diresmikan di Plawangan 4. Letaknya yang strategis, tidak jauh dari titik akhir jalur menuju puncak, memberi harapan baru bahwa ketika terjadi kondisi buruk atau insiden mendadak, pendaki memiliki tempat perlindungan.

Sumber dari Kementerian Pariwisata
Shelter emergency ini adalah bagian dari kolaborasi antara AREI Outdoor Gear dan Balai Taman Nasional Rinjani. Fungsinya tak sebatas “pos darurat” saja, melainkan juga dilengkapi fasilitas dasar seperti pertolongan pertama, tempat berteduh yang aman dari hujan atau angin kencang, dan perlengkapan penunjang untuk keadaan kritis. Dengan demikian, bila cuaca tiba-tiba memburuk atau pendaki mengalami kelelahan atau cedera, mereka punya ruang aman sementara menunggu evakuasi atau situasi membaik.
Proses pembangunan dan pemasangan shelter ini juga menunjukkan pola pengembangan wisata alam yang bertanggung jawab. AREI menyebut bahwa shelter semacam ini juga akan diterapkan di beberapa gunung lain di Indonesia. Salah satu unggahan mereka menyebut bahwa mereka telah menginjak tahap ke-10 dalam pembangunan shelter emergency di Plawangan 4 Rinjani. Penyediaan fasilitas ini menyiratkan keseriusan dalam aspek mitigasi risiko bagi pendaki gunung bahwa alam memang indah, tapi tak bisa diprediksi.
Bagi para pendaki, keberadaan shelter ini adalah angin segar. Dulu, ketika musibah atau kondisi cuaca mendadak muncul, seperti adanya kabut tebal, badai, hujan deras, dan biasanya ketika kondisi tersebut terjadi, titik-titik aman sangat terbatas. Beberapa pendaki mungkin terpaksa menahan dalam tenda seadanya atau mencari gua alam yang belum tentu aman. Shelter ini meminimalkan kebutuhan improvisasi ekstrem, memberi rasa aman bahwa di jalur masih ada “rumah darurat”.
Shelter emergency AREI di Plawangan 4 tidak dimaksudkan menggantikan kesiapan setiap pendaki. Justru keberadaannya menekankan bahwa persiapan diri fisik, mental, dan peralatan untuk menghadapi cuaca buruk, tetap mutlak harus dipersiapkan. Shelter hanyalah opsi cadangan saat keadaan memaksa. Namun secara makna simbolis, ia menunjukkan kemajuan pengelolaan jalur pendakian Gunung Rinjani, yakni tak hanya keindahan yang diperhatikan, tapi juga keselamatan dan mitigasi risiko bagi para pendaki.
Dengan hadirnya shelter ini, ada harapan baru bahwa Rinjani akan makin aman sebagai jalur pendakian yang bertanggung jawab. Semoga fasilitas ini menjadi contoh bagi pengelola gunung-gunung lain di Indonesia bahwa pembangunan fasilitas penting memang harus benar-benar diperhatikan.
Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani