Bekasi kembali diterjang banjir besar sejak awal Maret 2025, merendam sebagian besar wilayah kota dan kabupaten. Hujan deras yang mengguyur sejak Senin (3/3) malam menyebabkan air menggenangi jalan utama, fasilitas umum, hingga pemukiman warga. Banyak yang menyebut banjir kali ini sebagai yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber Website CNN Indonesia
Faktor Penyebab Banjir
Curah hujan tinggi memang menjadi pemicu utama, tetapi sejumlah faktor lain memperparah dampak yang ditimbulkan. Alih fungsi lahan di daerah hulu sungai yang mengarah ke Bekasi disebut sebagai salah satu penyebab utama banjir kali ini. Banyak wilayah yang sebelumnya merupakan daerah resapan air kini berubah menjadi perumahan dan kawasan industri, sehingga air hujan tidak bisa terserap dengan baik.
Bendung Bekasi yang sudah berusia tua juga mengalami tekanan besar akibat debit air yang melebihi kapasitasnya. Dengan daya tampung maksimal 1.000 meter kubik per detik, debit air saat kejadian mencapai 1.100 meter kubik per detik, membuat pengelola bendungan harus membuka pintu air, yang kemudian memperburuk kondisi di daerah hilir. Ditambah lagi, pompa air yang seharusnya membantu mengendalikan air tidak berfungsi optimal, menyebabkan banjir semakin sulit dikendalikan.

Sumber Detik.com
Dampak Besar bagi Warga
Banjir yang melanda Kota Bekasi berdampak pada lebih dari 22.000 kepala keluarga di delapan kecamatan. Kecamatan Jatiasih menjadi wilayah dengan kondisi terparah, di mana ribuan warga harus mengungsi akibat air yang mencapai ketinggian tiga meter. Banyak rumah, pusat perbelanjaan, dan kantor pemerintahan lumpuh akibat genangan air.
Di sisi lain, sejumlah titik di Kecamatan Bekasi Selatan juga terdampak parah. Perumahan dan ruko di Grand Galaxy City bahkan terendam hingga 1,2 meter, membuat kendaraan yang terparkir di sana tak luput dari banjir. Meski air mulai surut, warga masih harus berjibaku membersihkan lumpur dan sisa-sisa banjir dari rumah mereka.

Sumber Website Beritainternasional
Kontroversi di Tengah Bencana
Di tengah situasi darurat, muncul kontroversi terkait tindakan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono. Kabar bahwa dirinya bersama keluarga memilih mengungsi ke hotel memicu kritik tajam, termasuk dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Gubernur menegaskan bahwa pemimpin daerah seharusnya berada di tengah masyarakat saat bencana melanda, bukan justru mencari kenyamanan pribadi.
Tak hanya itu, aksi warga yang membobol tembok perumahan Grand Galaxy juga menjadi sorotan. Dalam video yang viral, tampak beberapa warga melubangi tembok pembatas kompleks perumahan elit, memicu spekulasi bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengalirkan banjir ke wilayah lain. Namun, pihak kepolisian menegaskan bahwa aksi itu bertujuan untuk mengurangi debit air dan mencegah tembok roboh, serta memastikan bahwa narasi yang menyebut warga sengaja memperluas banjir adalah hoaks.
Perlu Langkah Serius untuk Penanganan Jangka Panjang
Banjir Bekasi bukanlah masalah baru, namun dampak yang semakin luas menandakan perlunya solusi lebih serius dari berbagai pihak. Perubahan tata ruang, perbaikan infrastruktur pengendalian banjir, serta pengelolaan daerah resapan air menjadi langkah yang harus segera dilakukan. Jika tidak, banjir besar seperti ini akan terus berulang, membawa dampak yang semakin parah bagi masyarakat.
Artikel ditulis oleh Dygo Aheesa