Ed Sheeran kembali meramaikan dunia musik dengan merilis album terbarunya yang berjudul “Play” pada 12 September 2025 lalu. Album ini jadi rilisan kedelapan dalam perjalanan kariernya dan menandai kembalinya Ed ke panggung pop besar setelah sempat mengeksplorasi sisi melow lewat “Autumn Variations” dan album akustik yang lebih intim. Kali ini, Ed hadir dengan warna musik yang lebih cerah, penuh energi, dan berani bereksperimen.
Album “Play” dikerjakan di berbagai tempat, bahkan diselesaikan di Goa, India, yang jelas memberi pengaruh besar pada nuansa musiknya. Ed menggabungkan elemen budaya India dan Persia dengan ciri khas pop miliknya, menghasilkan perpaduan yang segar tapi tetap terasa akrab buat telinga pendengar dan penggemarnya. Dari segi tema, “Play” nggak cuma soal cinta dan romansa seperti biasanya, tapi juga nostalgia, refleksi diri, hingga perasaan kehilangan yang dibungkus dalam nada-nada yang hangat.

Sumber dari Rolling Stone
Di versi standar, “Play” berisi 13 lagu dengan total durasi sekitar 44 menit. Beberapa single yang sudah dirilis lebih dulu langsung mencuri perhatian, seperti “Azizam” yang kaya dengan instrumen tradisional Timur Tengah, “Old Phone” yang bernuansa nostalgia, dan “Sapphire” yang menampilkan kolaborasi apik dengan penyanyi India, Arijit Singh. Selain itu, ada juga lagu seperti “A Little More” dan “Camera” yang mempertahankan sentuhan romantis khas Ed. Setiap lagu terasa punya warna unik, dari yang upbeat sampai ballad melankolis.
Ed juga menggandeng sejumlah produser dan penulis lagu papan atas seperti Ilya, Savan Kotecha, Johnny McDaid, Blake Slatkin, hingga Cirkut. Kolaborasi besar-besaran ini bikin “Play” tidak hanya terdengar variatif, tapi juga sangat memperlihatkan ciri khas Ed Sheeran, yakni lirik yang jujur, vokal emosional, dan melodi yang gampang menempel di telinga pendengar.
Dari segi kritik, “Play” mendapat sambutan yang cukup positif. Banyak yang menganggap album ini sebagai “comeback” Ed di genre pop, tapi dengan eksplorasi yang bikin karyanya terasa lebih matang. Meski ada yang menilai unsur budaya non-Barat kadang terasa hanya sebagai tempelan, keberanian Ed untuk membawa eksperimen ini ke pasar global patut diacungi jempol. Dia berhasil memperluas batasan pop tanpa kehilangan jati diri sebagai storyteller lewat musik-musiknya.
Secara keseluruhan, “Play” bukan sekadar kumpulan lagu, tapi refleksi perjalanan Ed sebagai musisi yang terus tumbuh. Album ini jadi bukti kalau Ed masih relevan, masih berani mencoba hal baru, dan tetap tahu bagaimana caranya bikin musik yang menyentuh hati pendengarnya. Buat lo yang udah lama ngefans atau sekadar penasaran sama arah baru musik Ed Sheeran, “Play” layak banget buat didengerin dari awal sampai akhir album tanpa perlu lo skip.
Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani