LSPR News, 9 April 2025 – Bursa Efek Indonesia (BEI) diguncang gejolak besar setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 7,9%, menutup perdagangan pada level 5.996,14 pada Selasa (8/4). Penurunan ini menjadi salah satu yang paling drastis dalam beberapa tahun terakhir, dan langsung memicu kebijakan darurat dari otoritas bursa.

Perdagangan saham di awal sesi sempat dibekukan selama 30 menit lewat skema trading halt, usai IHSG jatuh lebih dari 8% tak lama setelah pembukaan. Meski indeks sempat bangkit perlahan, tekanan jual tetap mendominasi sepanjang hari. Dari 797 saham yang diperdagangkan, 672 saham ditutup melemah, sementara hanya 30 saham yang menguat dan 95 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp20,41 triliun.

Penurunan tajam ini terjadi seiring sentimen negatif dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang mengguncang pasar global. Pasar saham di Asia sebelumnya juga sempat tergelincir, meskipun mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun, IHSG yang baru kembali aktif setelah libur panjang justru menjadi sasaran koreksi pasar.

Tekanan paling besar datang dari sektor perbankan. Saham big banks seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI mengalami koreksi signifikan. Saham Bank BCA (BBCA) terkoreksi 8,53% ke level Rp7.775, Bank Mandiri (BMRI) ambles 10,19% ke Rp4.670, dan BRI (BBRI) turun 10,12% ke level Rp3.640. Meski masih terkoreksi, Bank BNI (BBNI) relatif lebih stabil dengan penurunan 4,95% ke Rp4.030.

Menyikapi kondisi ini, BEI segera merevisi pedoman darurat untuk menjaga stabilitas pasar. Dalam aturan terbaru yang mulai berlaku 8 April 2025, trading halt akan diberlakukan otomatis jika IHSG anjlok lebih dari 8%, dan diperpanjang jika penurunan berlanjut hingga 15% dan 20%.

Selain itu, batas Auto Rejection Bawah (ARB) juga disesuaikan menjadi maksimal 15% untuk semua papan perdagangan. Penyesuaian ini ditujukan agar investor memiliki waktu dan ruang untuk menyerap informasi pasar, serta mengambil keputusan dengan kepala dingin di tengah gejolak.

Menurut analis pasar Valdy Kurniawan dari Phintraco Sekuritas, pelemahan IHSG kali ini juga dipicu oleh tekanan teknikal berupa pembukaan gap yang lebar dan pelemahan rupiah yang menyentuh Rp16.842 per dolar AS. “Dengan melihat pola saat ini, indeks kemungkinan bergerak di kisaran 6.000 hingga 6.025 dalam jangka pendek,” ungkapnya.

Meski situasi tampak mencekam, para pelaku pasar dan investor ritel diharapkan tetap tenang. BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memantau perkembangan dan berkomitmen menjaga kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia.

 

Artikel ditulis oleh Dygo Aheesa

Disunting oleh Alivia Ichsania Yuanani