Pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan 34 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu dua tahun ke depan sebagai bagian dari upaya nasional mengubah limbah menjadi sumber energi terbarukan. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa proyek ini akan menjadi salah satu program strategis di bidang lingkungan dan energi bersih.
Salah satu lokasi yang menjadi fokus utama adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Bekasi. Kawasan ini sudah menampung sekitar 55 juta ton sampah, membentuk gundukan raksasa yang dinilai berpotensi menimbulkan ancaman lingkungan, terutama saat curah hujan tinggi. Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk segera mengubah sistem pengelolaan sampah menjadi model konversi energi yang lebih modern dan berkelanjutan.

Sumber dari JURNAL MEDIA Indonesia
Melalui program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL), pemerintah akan membangun pabrik-pabrik pengolah sampah dengan teknologi pembakaran terkontrol. Proses ini memungkinkan sampah yang tidak dapat diolah kembali untuk dibakar menjadi listrik, sementara bahan yang masih bisa dimanfaatkan akan diubah menjadi bahan bakar gas atau kompos. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap TPA konvensional dan sekaligus menekan dampak pencemaran.
Pelaksanaan proyek PLTSa akan dilakukan oleh Daya Anagata Nusantara (Danantara) dengan dukungan pendanaan dari APBN serta lembaga investasi negara. Pemerintah juga menekankan bahwa proyek ini tidak hanya berfungsi sebagai solusi energi, tetapi juga sebagai langkah konkret mengatasi darurat sampah nasional yang telah lama menjadi masalah di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Selain aspek lingkungan, pembangunan PLTSa juga diharapkan memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang serius menangani persoalan limbah dan berkomitmen pada transisi energi bersih. Dengan target dua tahun, proyek ini akan menjadi tonggak penting menuju sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien dan berorientasi masa depan.
Namun, di balik semua ambisi besar ini muncul pertanyaan apakah PLTSa ini hanya akan menjadi proyek tanpa keberlanjutan sosial semata atau justru akan berhasil?
 
			
					 
									 
	 
	 
	 
	