Kualitas udara di Jakarta lagi-lagi jadi sorotan. Riset-riset terbaru menunjukkan, tingginya polusi udara di Ibu Kota berpotensi mengurangi harapan hidup warganya hingga 1,4 tahun jika kondisi ini terus berlanjut tanpa perbaikan berarti. Data itu muncul dari laporan Air Quality Life Index (AQLI) yang dirilis oleh Energy Policy Institute, University of Chicago (EPIC). Dalam laporan tersebut, Jakarta disebut sebagai salah satu wilayah dengan tingkat polusi partikulat halus (PM2.5) tertinggi di Asia Tenggara.

PM2.5 adalah partikel kecil berukuran kurang dari 2,5 mikrometer, sekitar 30 kali lebih kecil dari sehelai rambut manusia yang bisa masuk ke paru-paru bahkan ke aliran darah. Paparan jangka panjang terhadap partikel ini berisiko meningkatkan penyakit jantung, stroke, hingga kanker paru. Menurut data AQLI, rata-rata kadar PM2.5 di Jakarta mencapai lebih dari 35 mikrogram per meter kubik, jauh di atas batas aman WHO yang hanya 5 mikrogram per meter kubik. Artinya, warga Jakarta menghirup udara tujuh kali lebih kotor dari batas ideal untuk kesehatan. 

Sumber dari Bodrex.com

Dampaknya, angka harapan hidup penduduk bisa turun sekitar 1,4 tahun bila kualitas udara tak kunjung membaik. Angka ini setara dengan kehilangan waktu hidup yang bisa digunakan untuk bekerja, belajar, atau menikmati masa tua yang lebih sehat. Beberapa faktor disebut jadi penyebab utama polusi di Jakarta, seperti emisi kendaraan bermotor, pembakaran industri, dan kegiatan konstruksi perkotaan yang terus meningkat. Ditambah lagi, kondisi geografis Jakarta yang datar dan padat membuat polutan lebih sulit tersebar ke atmosfer.

Pemerintah DKI Jakarta sendiri sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk menekan polusi udara, mulai dari uji emisi kendaraan bermotor, pembatasan kendaraan di pusat kota, penanaman pohon, hingga mendorong penggunaan transportasi publik seperti MRT dan LRT. Namun, banyak pihak menilai upaya ini perlu diperkuat dengan pengawasan lebih ketat dan kolaborasi antar wilayah Jabodetabek. Peneliti dari EPIC juga menekankan bahwa jika Jakarta bisa menurunkan polusi ke level aman WHO, harapan hidup warga bisa meningkat secara signifikan. “Setiap penurunan satu mikrogram PM2.5 dapat menyelamatkan ribuan tahun kehidupan kolektif warga kota,” tulis laporan itu.

Polusi udara kini bukan cuma masalah lingkungan, tapi juga masalah kesehatan publik dan keadilan sosial karena kelompok berpenghasilan rendah sering jadi yang paling terdampak. Walaupun memang hal ini menjadi tantangan yang besar, tapi dengan langkah tegas dan kesadaran masyarakat, udara bersih untuk Jakarta bukan hal mustahil.

 

Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani