Indonesia kembali mengukir prestasi gemilang di panggung global. Pada CGC World Cup 2025 pada 17 September 2025 lalu yang diselenggarakan di Guangzhou, Tiongkok, tim teknisi Indonesia yang dikenal sebagai Borneo Flasher berhasil keluar sebagai juara 1 kategori tim. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas dan kemampuan teknisi lokal mampu bersaing, bahkan mengalahkan para pesaing dari negara lain terutama dalam bidang reparasi CPU seluler.

Sumber dari minakonews
Trio andalan dari Tim Borneo Flasher, yakni Gume iColor, Atan Nacha, dan Dicky tampil dominan sejak babak awal hingga final. Mereka menunjukkan kombinasi ketelitian, kecepatan, dan teknik tinggi dalam memperbaiki kerusakan CPU ponsel, sebuah kompetisi yang tidak mudah karena kesalahan sekecil apa pun bisa membuat poin hilang.
Lahirnya prestasi ini tidak datang secara kebetulan. Persiapan matang sudah dimulai jauh sebelum lomba dunia. Di Indonesia sendiri digelar Borneo Championship CGC 2025 di Jakarta pada 30–31 Agustus 2025, di mana para teknisi berlomba di tingkat Asia dan dipilih yang terbaik untuk mewakili negara ke ajang final dunia. Salah satu teknisi unggulan, Fuad LTE, sempat menarik perhatian publik karena berhasil memperbaiki CPU iPhone dalam 3 menit 15 detik pada kejuaraan di tingkat Asia, dan lolos ke final di Guangzhou.
Selain prestasi individu, kemenangan tim ini memberikan dampak yang lebih luas. Keberhasilan Borneo Flasher telah menginspirasi para teknisi ponsel muda di seluruh Indonesia, memperkuat kepercayaan bahwa jurusan servis ponsel dan keahlian di bidang elektronik bukan sekadar usaha kecil tetapi dapat menjadi karier internasional.
Di sisi kebijakan pula, ajang seperti CGC membawa pesan penting mengenai pentingnya membangun ekosistem reparasi ponsel yang profesional, memiliki standar tinggi, dan terhubung ke jaringan global. Kemenangan Borneo Flasher di Guangzhou bukan cuma soal trofi, tetapi soal membuktikan bahwa anak bangsa bisa berdiri sejajar di dunia teknologi. Prestasi ini diharapkan menjadi momentum agar reparasi perangkat elektronik di Indonesia semakin dihargai dan bisa menjadi bagian dari ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Artikel ditulis oleh Alivia Ichsania Yuanani